A.
PENDAHULUAN
Apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian,
penghargaan, kepekaan, pikiran kritis,
dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Effendi, 2002). Apresiasi berfungsi untuk mempererat hubungan pembaca
dan karya sastra.
Apresiasi mempunyai tiga tingkatan, tingkat pertama
adalah pembaca mengalami pengalaman yang tertuang dalam karya sastra. Tingkat
kedua adalah pembaca dapat mencermati karya sastra sebagai bangunan utuh yang
di dalamnya terdiri atas paduan unsur-unsur. Tigkat ketiga adalah pembaca dapat
menyadari ada kaitan antara karya sastra dengan aspek-aspek diluarnya baik
aspek sosial, budaya, dan religi.
Penulis memilih Novel “Ungu Violet” karya Miranda karena Novel Ungu Violet terbit pada
tahun 2000an sesuai dengan yang ditugaskan kepada kami, selain itu penulis
memilih untuk menganalisis dan mengapresiasi novel tersebut karena novel
tersebut bertema tentang percintaan yang mudah dipahami oleh penulis. Selain
itu, sesuai dengan tahun terbit, cerita Novel ini sudah modern dengan
menggunakan bahasa yang mudah untuk dimengerti.
Selain itu, penulis memilih mengapresiasi novel “Ungu Violet” karena
sebelumnya Ungu Violet adalah sebuah judul film yang sangat laris pada tahun
2000an, karena kelarisannya maka Miranda mengangkat cerita film tersebut menjadi
sebuah novel.
B.
ALUR
Novel Ungu Violet karya Miranda ini menggunakan alur
penyingkapan rahasia dan alur sentimental. Alur penyingkapan rahasia adalah
alur yang menceritakan tentang pelaku yang tidak mengetahui kondisi tokoh
tetapi lama kelamaan dalam perjalanan cerita dapat menyikapkan rahasia
pribadinya. Di dalam novel ini, Kalin
sebagai tokoh utama tidak mengetahui keadaan Lando yang sebenarnya. Kalin tidak
mengerti mengapa Lando sering meminum obat-obatan yang Lando bilang itu
vitamin.
Selain itu Kalin pun tidak mengerti mengapa Lando
tiba-tiba meninggalkan dia tanpa sebab. Tetapi ternyata di akhir cerita semua
rahasia Lando terungkap, Lando menderita kanker otak dan diperkirakan umurnya
tak bertahan lama. Karena itulah Lando ditinggalkan Rara mantan kekasihnya dan
karena itulah Lando meninggalkan Kalin, karena tidak ingin membuat Kalin
kecewa.
Alur sentimental adalah kebalikan dari melodramatis.
Tokoh utama (cantik, ganteng) yang lemah yang mengalami serentetan kemalangan,
tetapi justru memperoleh kemenangan, kejayaan di akhir cerita. Dalam novel ini
diceritakan tentang kemalangan Kalin yang ditinggalkan oleh Lando sebagai
seorang lelaki yang ia cintai, lalu eyang yang ia sayangi meninggal dunia
sehingga Kalin hidup sebatang kara, kemudian Kalin mengalami kecelakaan yang
membuat dia buta. Namun pada akhirnya, Lando datang kembali ke kehidupan Kalin
dan terus menyemangatinya, dan tidak terduga Kalin mendapatkan kejutan istimewa yaitu donor mata
dari fansnya, Kalin pun dapat melihat kembali.
C.
TOKOH/PENOKOHAN
1.
Lando
Ø Jenis Tokoh : tokoh utama, bulat/kompleks, berkembang,
real, individual.
Ø Perwatakan :
a.
Fisiologis :
tinggi, kurus, ganteng, keren.
“Tapi orangnya keren lho, mbak....”
b.
Sosiologis : peduli
terhadap hal-hal di sekitarnya, pandai bergaul, seorang fotografer.
“Lando laki-laki baik. Ia punya pemikiran yang dalam
tentang hidup dan kepedulian tinggi terhadap hal-hal disekitarnya.”
c.
Psikologis :
berani, penyayang, baik, sabar, senang menggoda, keras kepala.
“Mo nusuk gue, lo? Lo pikir gue takut? Tanpa ragu, Lando
keluar dari deret kursi.”
Ø Metode Penokohan :
a.
Dramatik : “ooh, yaa, terserah kamu. Kan kamu yang
menjalani. Kalo menurutku sih,
baik-baik aja. Jawabnya sengaja menggoda.”
b.
Kontekstual : gue tau lo adalah fotografer yang berbakat,
lebih dari sekedar fotografer model, menurut Rudi.
2.
Kalin
Ø Jenis Tokoh : tokoh utama, bulat/kompleks, berkembang,
real, individual.
Ø Perwatakan :
a.
Fisiologis :
cantik, tinggi, rambut panjang, make up minimalis, 20 tahun.
“Nama gadis itu Kalindamarita. 20 tahun. Orang-orang
memanggilnya Kalin. Proporsi mata, hidung, dan bibir yang terlalu pas
membuatnya masuk kategori cantik.”
b.
Sosiologis :
petugas loket busway, model, artis.
“orang-orang akan bertanya kenapa gadis secantik itu jadi
petugas loket busway?”
c.
Psikologis : baik,
ramah, manja, pemalu, kurang percaya diri, kekanakan, tidak suka menjadi fokus
perhatian.
“Do, aku malu. Cuma pake pakaian kayak gini. Seragam
busway pula.”
Ø Metode Penokohan :
b.
Kontekstual : “orang-orang akan bertanya kenapa gadis
secantik itu jadi petugas loket busway?”
c.
Diskursif : “Nama gadis itu Kalindamarita. 20 tahun.
Orang-orang memanggilnya Kalin. Proporsi mata, hidung, dan bibir yang terlalu
pas membuatnya masuk kategori cantik.”
3.
Rara
Ø Jenis Tokoh : tokoh tambahan, pipih/sederhana, tetap,
real, individual.
Ø Perwatakan :
a.
Fisiologis : cantik
b.
Sosiologis : mantan
kekasih Lando
“Keinginanku sederhana, Do. Aku Cuma pengen punya suami
baik-baik.. hidup bahagia, punya anak-anak darinya... aku orang biasa. Aku
pengen menikah dengan orang biasa.”
c.
Psikologis :
gadis lugu, pola pikir sederhana, jarang menangis.
“Lando merasa cukup mengenal Rara : gadis lugu dengan
pola pikir sederhana.”
Ø Metode Penokohan :
a.
Dramatik : “gadis kebanyakan yang jarang menangis, juga
karena jarang menemukan alasan untuk menangis.”
b.
Diskursif : “Lando merasa cukup mengenal Rara : gadis
lugu dengan pola pikir sederhana.”
4.
Eyang
Ø Jenis Tokoh : tokoh tambahan, pipih/sederhana, tetap,
real, individual.
Ø Perwatakan :
a.
Fisiologis : pipi
keriput, kaki terpogoh.
b.
Sosiologis :
neneknya Kalin
“nenek Kain mengeluh. Ia menyesal karena sepanjang iupnya
ia tidak bisa terlalu dekat dengan Kalin. Juga anaknya sendiri, Karin.”
c.
Psikologis :
cerewet, mempunyai tawa yang khas, penyayang, ambisius.
“Kalin bisa mendengar tawa neneknya yang khas. Tajam,
riuh, dan berirama.”
Ø Metode Penokohan :
a.
Dramatik : “meski neneknya adalah orang tua yang
ambisius, yang selalu memaksa anak dan cucunya menjadi apa yang dia inginkan.”
b.
Kontekstual : “itu cucumu dari anak yang mana, Dy? Kata tante Wilhelmina.”
c.
Diskursif : ““Kalin bisa mendengar tawa neneknya yang
khas. Tajam, riuh, dan berirama.”
5.
Rizal
Ø Jenis Tokoh : tokoh tambahan, pipih/sederhana, tetap,
real, individual.
Ø Perwatakan :
a.
Fisiologis :
maskulin, dandanan metroseksual.
“Seorang laki-laki maskulin dengan dandanan metroseksual
keluar dari mobil.”
b.
Sosiologis :
manajer Kalin yang menaruh hati pada Kalin
“Rizal adalah manajer Kalin. Tapi lebih dari itu Rizal
selalu menganggap hubungan mereka adalah hubungan spesial.”
c.
Psikologis : suka
mengatur, so tau.
“Yang paling tau gue? Siapa elo?”
Ø Metode Penokohan :
a.
Dramatik : “Nggak mungkin Lin, aku udah konfirm ke Ocay
kalo lo bakalan datang. Lagian ga enak hon, dia akan udah sponsorin acara malam
dana yang kamu bikin kemaren, jawab Rizal dengan nada tanpa kompromi.”
b.
Kontekstual : “Kalin ganti mencibir mendengar Rizal.
Berada di antara kalangan A+ itu tak jarang membuatnya gerah.”
c.
Diskursif : “Seorang laki-laki maskulin dengan dandanan
metroseksual keluar dari mobil.”
6.
Suster Peri
Ø Jenis Tokoh : tokoh tambahan, pipih/sederhana, tetap,
real, individual.
Ø Perwatakan :
a.
Fisiologis : wajah
dan tubuhnya mungil.
“Aku mencoba mereka-reka wajah dan tubuh mungilnya dalam
kepalaku.”
b.
Sosiologis : suster
yang merawat Kalin
“Suster Peri ya? Suster Aminah, Non. Bukan peri.”
c.
Psikologis : lembut,
baik hati.
“Non Kalin mau jalan-jalan? Terdengar suara lembut
bertanya padaku.”
Ø Metode Penokohan :
a.
Dramatik : “Non Kalin mau jalan-jalan? Terdengar suara
lembut bertanya padaku.”
b.
Kontekstual : “Baik, Nona Bidadari. Sabar ya aku panggil
Suster Peri dulu. ”
c.
Diskursif : “Aku mencoba mereka-reka wajah dan tubuh
mungilnya dalam kepalaku.”
7.
Dr. Astrid
Ø Jenis Tokoh : tokoh tambahan, pipih/sederhana, tetap,
real, individu.
Ø Perwatakan :
a.
Fisiologis : perempuan
berkacamata
“Hati-hati kupasang kacamata baca yang menggantung di
dadaku.”
b.
Sosiologis : dokternya
Lando
“Laki-laki itu masuk dalam daftar pasien istimewaku.”
c.
Psikologis : baik,
jujur, cuek.
“penanda pesan masuk di ponselku berbunyi. Seperti biasa,
aku tak terlalu ingin tahu.”
Ø Metode Penokohan :
a.
Kontekstual : “Pagi Dok, apa kabar?”
b.
Diskursif : “Hati-hati kupasang kacamata baca yang
menggantung di dadaku”
8.
Ibu Pendonor
Ø Jenis Tokoh : tokoh tambahan, pipih/sederhana, tetap,
real, individu.
Ø Perwatakan :
a.
Fisiologis :
bermata sipit,putih.
“Seorang ibu berkebangsaan Tionghoa berdiri, menatap
haru. ”
b.
Sosiologis : Ibunya
pendonor mata Kalin.
c.
Psikologis : baik,
jujur, cuek.
“penanda pesan masuk di ponselku berbunyi. Seperti biasa,
aku tak terlalu ingin tahu.”
Ø Metode Penokohan :
a.
Kontekstual : “Pagi Dok, apa kabar?”
b.
Diskursif : “Hati-hati kupasang kacamata baca yang
menggantung di dadaku”
D.
LATAR
a.
Ruang dan Tempat :
-
Apartemen Lando
“Ia menyeret langkah, dengan mug berisi kopi
masih mengepul
di tangan. Menaiki tangga menuju roof top apartemen.”
(hal 2)
-
Kostan Rara
“Ketika taksi yang membawanya berhenti di depan sebuah kos-kosan mewah di daerah Pedurenan, Lando hamper tak bias menahan langkah tergesa menuju kamar Rara.” (hal
7)
-
Stasiun Kereta Api
“Diantara arus manusia hilir mudik, petugas stasiun kereta api meniup peluit yang memekikkan lengkingan panjang ...” (hal
12)
-
Di dalam bus
“Lando tersenyum tipis dalam
bus yang membawanya pulang.”
(hal 15)
-
Di
Ruangan Redaktur Majalah Cantik
“Laki-laki itu adalah Rudi. Redaktur foto majalah Cantik. Lando hanya tersenyum dingin. Tak berniat menjawab.”(hal
22)
-
Rumah Nenek
“Dari
kejauhan, terlihat rumah neneknya terang-benderang.” (hal
26)
-
Warung Kopi
“Lando berjalan menuju warung kopi
langganannya, di salah satu belokan jalan Sudirman.”(hal
28)
-
Loket Busway
“Lando menyelinap masuk kedalam antrian di muka loket busway.”(hal
32)
-
Kamar Kalin
“Kalin membalik tubuh. Berbaring. Menikmati hawa dingin hujan yang lesap kedalam kamar ...” (hal
52)
-
Rumah Sakit
“Ruang gawat darurat rumah sakit. Kalin duduk dengan wajah penat di samping tempat tidur.”(hal
54)
-
Supermarket
“Matanya
liar dan gugup memandang ke seputar area
supermarket.”(hal 66)
-
KafeWaroeng
“Titik-titik gerimis yang jatuh di
permukaan kaca kafe waroeng membuat pemandangan di luar kafe terlihat blur dari dalam.” (hal
79)
-
Sebuah Agency
“Lando memandang rumah itu sekali lagi. Tampak sepi. Tapi beberapa agency memang tidak terlihat seperti kantor yang sibuk.” (hal
107)
-
Agency Citra Lintas
“Jadi ke Citra Lintas, Lin?” (hal
110)
-
Pantai Anyer
“Pantai Anyer, pertengahan Agustus yang cerah.
Seorang gadis berbalut pakaian longgar dari chiffon lembut berbordir motif etnik
...” (hal 159)
-
Tempat Parkir
“Pada tempat parker tak berapa jauh dari lokasi syuting, sebuah land
cruiser berhenti.” (hal 160)
-
Sebuah cafe
“Malam hari yang
sama, pada sebuah perayaan di sebuah
cafe.” (hal 165)
-
Halte
“Di
halte, ketika menunggu
bus yang akan membawanya ke tempat Rio, sosok merah itu terus mengganggunya.”(hal
169)
-
Fashion Cafe
“Malam itu, di Fashion Cafe. Kalin duduk gelisah.”(hal
180)
-
Apartemen Kalin
“Kalin memulai harinya, seperti biasa dengan mengayun langkah di treadmill. Tiga puluh menit sehari. Di menit ke dua puluh tujuh, terdengar bel apartemennya berdentang.” (hal
189)
-
Gedung Resepsi
“Diantara lalu-lalang tamu yang mengalir berdatangan memasuki gedung, Lando berdiri di luar. Menunggu kedua mempelai datang.”(hal
193)
-
Kompleks Pemakaman
“Sekumpulan manusia dalam pakaian hitam berkabung mengelilingi peti jenazah Eyang. Kompleks pemakaman tampak sepi.”(hal
199)
-
Restoran Scuzza
“Restoran Scuzza, seminggu kemudian. Sebotol red
wine berputar, dari bibir satu gelas ke gelas lain.” (hal
210)
-
Jalan Raya
“Disusul jerit Kalin dan debum tubuhnya mencium aspal jalan bercampur suara gelas pecah berkeping.”
(hal 220)
b.
Waktu :
-
Pagi Hari
“Kepalanya
terasa berat. Setiap pagi. Beban yang sama, yang menggendam otaknya.” (hal
1)
-
Senja
“Senja
sudah beranjak malam ketika Lando akhirnya memutuskan untuk membiarkan gelisah
dalam hatinya keluar memburu jawaban.”(hal
9)
-
Jam delapan malam
“Di
sebuah gang sempit, jam delapan malam, Kalin berjalan lambat-lambat.” (hal
26)
-
Tengah hari
“lewat
tengah hari, Lando menghabiskan waktu menunggu telepon dari Kalin dengan
berdiam di apartemen.”
-
Sore
“suatu
sore, ketika matahari merebahkan bayang panjang pohon yang berbaris di tepian
taman.” (hal 95)
E.
TEMA
Novel
Ungu Violet ini bertemakan tentang percintaan. Percintaan antara Lando dan Kalin yang awalnya ditentang oleh diri Landonya sendiri karena rasa trauma
terhadap masa lalunya bersama Rara. Lando tidak mau wanita yang ia cintai merasa sedih dan tidak bahagia jika hidup bersama dia. Karena Lando tahu bahwa kesehatannya akan semakin menurun dan umurnya tidak akan lama. Namun karena kekuatan cintanya yang besar kepada Kalin, Lando pun
memutuskan untuk kembali kepada Kalin dan menjalani waktu sempitnya bersama Kalin agar terasa semakin berarti.
F.
TIPE
Novel
ini termasuk kedalam tipe sosial,
yang menonjolkan tentang kehidupan sosial masyarakat di zaman
yang sudah modern. Menceritakan tentang gaya hidup seorang penderita kanker otak, tentang
G.
NILAI
Di dalam novel ini terdapat nilai sastra, nilai sosial,dan
niai moral.
H.
FUNGSI
Di
dalam novel ini terkandung beberapa fungsi yaitu:
v Fungsi
Eksperensial : Pengalaman hidup tokoh utama yaitu Kalin sebagai seorang penjaga loket
busway menjadi seorang model terkenal. Dan Lando seorang fotografer yang tidak pantang
menyerah walaupun dilanda penyakit keras.
v Fungsi
Informatif : Memberikan informasi bahwa pada tahun 2000an merupakan awal zaman
modern yang sudah lebih maju dan
terkontaminasi budaya barat.
v Fungsi
Penyadaran : Memberikan penyadaran
kepada pembaca bahwa sebagai manusia kita tidak boleh menyerah untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, tetap
semangat, jujur.
v Fungsi
Rekreatif : Setiap karya sastra
pasti berfungsi menghibur.
I.
FUNGSI PENGALAMAN
Pengalaman
yang bisa didapat dari novel ini yaitu pengalaman humanistis,
pengalaman etis-moral, dan pengalaman literat-estetis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar