i'm in process to be success

i'm in process to be success

Jumat, 12 Oktober 2012

FONOTAKTIK BAHASA INDONESIA



FONOTAKTIK
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas matakuliah Fonologi dari dosen
Drs. Encep Kusumah, M.Pd.





disusun oleh:
Abdillah Al Hafidz                 NIM                1102448
Alifah Nurfajrina                    NIM                1100348
Anggita Dewi Pratiwi             NIM                1100921
                Herlangga Juniarko                 NIM                1104108
Himmah Rahmawati               NIM                 1104818
Indra Prayoga                        NIM                1106104
                Irene Mutiara Khaeranti         NIM                1105288
Nur Fitri Wulansari                 NIM               1102489
Riyan Nugraha                      NIM                1106264
Siti Restu Mariam                   NIM                1101923

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2011




A.           PENDAHULUAN
Bahasa sebagai alat untuk ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi adalah fungsi bahasa secara sempit. Fungsi bahasa secara luas adalah untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan untuk mengadakan kontrol sosial. Menurut Moeliono, Setiap bahasa mempunyai ketentuan sendiri yang berkaitan dengan kaidah kebahasaannya, termasuk di dalamnya kaidah deretan fonem. Kaidah yang mengatur deretan fonem mana yang terdapat dalam bahasa dan mana yang tidak dinamakan fonotaktik.
Dalam bahasa lisan, kata umumnya terdiri atas rentetan bunyi yang satu mengikuti yang lain. Bunyi-bunyi itu mewakili rangkaian fonem serta alofonnya. Rangkaian fonem itu tidak bersifat acak, tetapi mengikuti kaidah tertentu. Kaidah yang mengatur penjejeran fonem dalam satu fonem dinamakan kaidah fonoaktik (Alwi, 2003: 28). Rangkaian fonem yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai pola-pola fonotaktik

B.            PEMBAHASAN
FONOTAKTIK

Setiap bahasa mempunyai ketentuan sendiri yang berkaitan dengan kaidah kebahasaannya, termasuk di dalamnya kaidah deretan fonem. Kaidah yang mengatur deretan fonem mana yang terdapat dalam bahasa dan mana yang tidak dinamakan fonotaktik.  (Moeliono, 1993 : 52).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia fonotaktik adalah urutan fonem yang dimungkinkan dalam suatu bahasa atau deskripsi urutan fonem. Sedangkan menurut Kamus Linguistik fonotaktik adalah urutan fonem yang dimungkinkan dalam suatu bahasa atau gramatika stratifikasi sistem dalam pengaturan stratum fonemik. Gramatika stratifikasi adalah tingkatan gramatikal dimana gramatikal hanya terdapat pada morfologi dan sintaksis, sedangkan fonotaktik hanya terdapat pada fonologi.
Ada pula yang mengatakan bahwa Fonotaktik adalah bidang fonologi atau fonemik yang mengatur tentang penjejeran fonem dalam kata. Contohnya, kata pertandingan memiliki 12 fonem. Jejeran fonem dari kata tersebut adalah /p,e,r,t,a,n,d,i,n,g,a,n/.
Maka dapat disimpulkan bahwa Fonotaktik ialah cabang fonologi yang berkenaan dengan gabungan fonem yang dibenarkan dalam sebuah bahasa.
Kaidah fonotaktik merupakan kaidah-kaidah yang mengatur urutan atau hubungan antara fonem-fonem suatu bahasa. Fonotaktik mempunyai pola yang terkait dengan pola penyukuan kata dan pergeseran bunyi yang menimbulkan variasi bunyi satu fonem yang sama.
Bahasa Indonesia juga mempunyai kaidah semacam itu. Kaidah fonotaktik itulah yang menyebabkan kita dapat merasakan secara ituitif bentuk mana yang berterima (kelihatan seperti kata Indonesia) , meskipun belum pernah kita dengar/lihat sebelumnya dan mana yang tidak berterima.
Pola fonotaktik adalah kaidah pergeseran bunyi dalam pelafalan kata, baik kata dasar atau kata turunan akibat pengaruh bunyi yang ada di lingkungannya (baik sebelum dan sesudahnya). Pergeseran ini menimbulkan variasi bunyi dari satu fonem yang sama.
Kekangan fonotaktik adalah khusus bahasa. Misalnya, dalam bahasa Jepang, gugus konsonan seperti /st/ tidak dibenarkan, walaupun ia dibenarkan bahasa Inggris. Serupa juga, bunyi /kn/ dan /ɡn/ tidak dibenarkan di pangkal perkataan Inggris Modern tetapi dibenarkan dalam bahasa Jerman dan bahasa Belanda, serta juga pernah dibenarkan dalam bahasa Inggris lama dan bahasa Inggris pertengahan.
Fonotaktik ialah cabang fonologi yang berkenaan dengan pengehadan terhadap gabungan fonem yang dibenarkan dalam sebuah bahasa. Menurut Djoko kentjono, kaidah fonotaktik yakni aturan dalam merangkai fonem untuk membentuk satuan fonologis yang lebih besar, misalnya suku kata. Pola fonotaktik adalah kaidah pergeseran bunyi dalam pelafalan kata, baik kata dasar atau kata turunan akibat pengaruh bunyi yang ada di lingkungannya (baik sebelum dan sesudahnya). Pergeseran ini menimbulkan variasi bunyi dari satu fonem yang sama.
Fonotaktik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain memiliki kekhasan, misalnya bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bahasa Indonesia pada mulanya tidak memiliki gugus konsonan /str-/ sedangkan bahasa Inggris memiliki gugus konsonan /str-/, karena fonotaktik memiliki perkembangan gugus konsonan /str-/ yang pada umumnya tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, karena kontak antara bahasa yang terus-menerus memungkinkan gugus konsonan /str-/ ini ada dalam bahasa Indonesia.
Umumnya, peraturan fonotaktik berkisar pada hierarki kenyaringan yang menetapkan bahawa nukleus mempunyai kenyaringan yang maksimum, dengan kenyaringan menyusut selaras dengan jaraknya daripada nukleus. Geseran aveolat tak bersuara [s] adalah lebih rendah dalam hierarki kenyaringan, berbanding dengan malaran tak geser sisian aveolar [l] dan justera itu, gabungan /sl/ dibenarkan untuk onset dan /ls/ dibenarkan untuk koda, tetapi /ls/ tidak dibenarkan dalam onset dan /sl/ dibenarkan dalam koda. Oleh itu, slips /slɪps/ dan pulse /pʌls/ adalah perkataan Inggeris yang mungkin, manakala *lsips dan *pusl tidak.
Dalam sesetengah kes, /s/ bersifat "tidak dapat dilihat" kepada hierarki kenyaringan. Sebagai geseran, ia lebih nyaring berbanding dengan letupan /t/. Sebaliknya, gabungan seperti [stil] yang mencabuli hierarki kenyaringan pernah dilihat, malahan amat biasa, dalam bahasa Inggris. Sifat ini juga dilihat untuk /s/ dan /z/ dalam banyak bahasa yang lain dan justera, merupakan sesuatu unsur sejagad manusia.
Deretan fonem yang terdapat dalam bahasa Indonesia cukup bervariasi seperti halnya deretan fonem bahasa-bahasa lain yang ada di dunia ini. Deretan fonem tersebut meliputi deretan vokal, deretan konsonan, dan deretan vokal dan konsonan dalam satu suku kata.
1. Deretan vokal dalam bahasa Indonesia
Deretan vokal biasa merupakan dua vokal yang masing-masing mempunyai satu hembusan napas dan karena itu masing-masing termasuk dalam suku kata yang berbeda. Deretan dua vokal yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
/iu/ : tiup, iur, nyiur
/io/ : kios, radio, biola
/ia/ : tiap, dia, giat
/ei/ : mei
/ea/ : beasiswa, kreasi
/eo/ : feodal, beo, pemeo
/ae/ : daerah
Deretan vokal di atas adalah deretan vokal yang lazim dan berterima dalam bahasa Indonesia. Apabila ada bentuk/bunyi yang di dalamnya menggunakan deretan vokal tersebut tidak akan terasa asing kita.
2. Deretan konsonan dalam bahasa Indonesia
Seperti halnya deretan vokal, deretan konsonan dalam bahasa Indonesia juga cukup bervariasi. Adapun variasi dari deretan konsonan tersebut adalah :
a. Deretan konsonan dalam satu suku kata
1). Jika dua konsonan berderet dalam satu suku kata yang sama, maka konsonan yang pertama hanyalah /p/, /b/, /t/, /k/, /g/, /f/, /s/, dan /d/, sedangkan konsonan yang kedua hanyalah /l/, /r/, /w/, atau /s/, /m/, /n/, dan /k/
/pl/ : pleonasme, pleno, taplak
/bl/ : blangko, gamblang
/kl/ : klinik, klasik
/gl/ : global, gladi
/fl/ : flamboyan, flu
/sl/ : slogan, Slip
/br/ : brantas, obral, ambruk
/tr/ : tragedi, mitra
/dr/ : drama, drastis, adres
/kr/ : kriminal, akrab, krupuk
/gr/ : gram, granat
/fr/ : fragmen, diafragma, frustasi
2). Jika tiga konsonan berderet dalam satu suku kata, maka konsonan pertama selalu /s/, yang kedua /t/ atau /p/, dan yang ketiga /r/ atau /l/.
/str/ : strategi, instruksi
/spr/ : sprei
/skr/ : skripsi, manuskrip
/skl/ : sklerosis
b. Deretan dua konsonan dalam suku yang berbeda adalah sebagai berikut :
/mp/ : empat, pimpin
/mb/ : ambil, gambar
/nt/ : untuk, ganti
/nd/ : indah, pandang
/ňc/ : lancar, kunci
/ňj/ : janji, banjir
/ŋk/ : engkau, mungkin
/ŋg/ : angguk, tinggi
/ŋs/ : bangsa, angsa, mangsa
/ns/ : insaf, insan, insang
/rb/ : kerbau, terbang, korban
/rd/ : merdu, merdeka, kerdil
/rg/ : harga, pergi, sorga
/rj/ : kerja, terjang, sarjana
Dua variasi deretan konsonan tersebut di atas adalah deretan konsonan yang lazim dan berterima dalam bahasa Indonesia.
3. Deretan vokal dan konsonan dalam satu suku kata
Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Betapapun panjangnya suatu kata, wujud suku kata yang membentuknya mempunyai struktur dan kaidah. Suku kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas vokal dan konsonan . Berikut adalah deretan vokal (V) dan konsonan (K) yang membentuk suku kata dalam bahasa Indonesia beserta contoh katanya:
a. V : a-mal, su-a-tu, tu-a
b. VK : ar-ti, ber-il-mu, ka-il
c. KV : pa-sar, sar-ja-na, war-ga
d. KVK : pak-sa, ke-per-lu-an, pe-san
e. KKV : slo-gan, kop-pra
f. KKVK : trak-tor, a-trak-si
g. KVKK : teks-til, kon-teks-tual, mo-dern
h. KKKV : stra-te-gi, stra-ta
i. KKKVK : struk-tur, in-struk-tur
j. KKVKK : kom-pleks
k. KVKKK : korps.
Deretan vokal dan konsonan yang membentuk satu suku kata seperti tersebut di atas itulah yang berterima dalam bahasa Indonesia, selain itu tak berterima.



C.           SIM PULAN
Fonotaktik adalah cabang ilmu fonologi yang mempelajari tentang gabungan fonem yang dibenarkan dalam sebuah bahasa. Semua bahasa pasti mempunyai fonotaktik yang berbeda dan kekhasan masing-masing.

D.           DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV.
               Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik Edisi IV cetakan II. Jakarta:
               Gramedia Pustaka Utama.
Verhar, J.W.M. 1982. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Moeliono, M. Anton (Peny.). 1993. Tatat Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka.
Dickins, James. 1998. Extended Axiomatic Linguistic. Berlin: Mouton De Gruyter.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar