i'm in process to be success

i'm in process to be success

Jumat, 12 Oktober 2012

POSTMODERNISME



A.    Sejarah Aliran Postmodernisme
Berdasarkan asau usul kata, Post-modern-isme, berasal dari bahasa Inggris yang artinya faham yang berkembang setelah modern. Istilah ini muncul pertama kali pada tahun 1930 pada bidang seni oleh Federico de Onis untuk menunjukkan reaksi dari modernisme. Kemudian pada bidang Sejarah oleh Toyn Bee dalam bukunya Study of History pada tahun 1947. Setelah itu berkembang dalam bidang-bidang lain dan mengusung kritik atas modernisme pada bidang-bidangnya sendiri-sendiri.
Pemikiran posmodernisme sendiri sebenarnya telah diawali oleh teori dialogis Bakhtin yang disusun pada tahun 1920-an. Teori tersebut telah menunjukkan kecenderungan ke arah postmodernisme. Namun, secara faktual baru pada tahun 1950-an postmodernisme muncul sebagai sebuah aliran. Selanjutnya, aliran ini baru dikenal di kalangan luas pada tahun 1970-an. Istilah postmodernisme mula-mula dikenalkan oleh Lyotard secara eksplisit lewat karyanya The Postmodern Condition: A Report and Knowledge. Dalam bukunya tersebut Lyotard menolak ide dasar filsafat modern yang dilegitimasi prinsip kesatuan ontologis.
Teater adalah wujud penolakan postmodernisme terhadap modern yang paling jelas. Kaum modern melihat jelas sebuah karya seni sebagai karya yang tidak terikat waktu dan ide-ide yang tidak dibatasi waktu. Kaum postmodern melihat hidup ini seperti sebuah kumpulan cerita sandiwara yang terpotong-potong. Maka teater adalah sarana terbaik untuk menggambarkan tragedi dan pertunjukan.
Tidak setiap karya teater merupakan wujud nyata postmodernisme. Karya teater postmodern mulai timbul pada tahun 1960-an. Akarnya sudah ada sebelum tahun 1960-an, yaitu karya seorang penulis Perancis bernama Antonin Artaud pada tahun 1930-an.
Artaud menantang para seniman (khususnya dalam bidang drama) untuk memprotes dan menghancurkan pemujaan kepada karya seni klasik. Ia sangat mendukung pergantian drama tradisional dengan 'teater keberingasan." Ia berseru agar dihapuskannya gaya kuno yang berpusat kepada naskah. Ia mengusulkan gaya baru yang berpusat kepada simbol-simbol teater termasuk didalamnya adalah: pencahayaan, susunan warna, pergerakan, gaya tubuh, dan lokasi. Artaud juga meniadakan perbedaan antara aktor dan penonton. Ia ingin agar penonton juga mengalami suasana dramatis seperti sang aktor. Tujuan Artaud adalah memaksa penonton untuk berhadapan dengan momentum kenyataan hidup secara langsung pada saat itu, yang bagaimanapun juga tidak akan terulang melalui aturan-aturan sosial sehari-hari.
Beberapa ahli ini menemukan bahwa naskah atau teks adalah otoritas yang menindas kebebasan. Untuk memecahkan masalah ini, mereka mengurangi naskah atau teks sehingga setiap penampilan menjadi spontan dan unik. Setelah beberapa sekali ditampilkan, tidak ada lagi pengulangan. Penampilan itu sekali saja dan akan hilang selama-lamanya setelah itu.
Ahli lainnya menganggap sutradara adalah orang yang menindas kebebasan penampilan. Mereka berusaha memecahkan masalah ini, dengan menekankan improvisasi dan memakai sutradara lebih dari satu orang. Maka produksi teater/film bukan lagi produksi tunggal dan utuh.
Teater postmodernisme menampilkan usulan-usulan para ahli di atas. Mereka membuat berbagai elemen dalam teater, seperti suara, cahaya, musik, bahasa, latar-belakang, dan gerakan saling berbenturan. Dengan demikian, teater postmodernisme sedang menggunakan teori tertentu yang disebut dengan estetika ketiadaan (berbeda dengan estetika kehadiran). Teori estetika ketiadaan menolak adanya konsep kebenaran yang mendasari dan mewarnai setiap penampilan. Yang ada dalam setia penampilan adalah kekosongan ("empty presence"). Seperti etos postmodern, makna sebuah penampilan hanya bersifat sementara, tergantung dari situasi dan konteksnya.
Demam postmodernisme di Indonesia telah ada sejak awal kemunculannya di awal tahun 1990. Pada masa itu wacana terhadap posmodernisme sendiri kurang mendapat apresiasi yang positif. Hal ini karena bangsa Indonesia tengah disibukan dengan urusan politik dan persoalan degradasi ekonomi yang tidak kunjung kondusif. Meskipun demikian realitas postmodernisme telah hadir menjadi bagian dari masyarakat Indonesia yang ditandai dengan munculnya beragam teknologi informasi, seni, budaya urban, sampai gaya hidup. Istilah postmodernisme dapat diartikan sebagai era setelah adanya modernisme.

B.     Karakteristik Aliran Postmodernisme
1.           Mengedepankan prinsip pemikiran parologi atau pluralisme
2.           Memiliki istilah-istilah kunci posmodernisme yaitu :
a.       pluralisme adalah suatu kerangka interaksi yg mana setiap kelompok menampilkan rasa hormat dan toleran satu sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi (pembauran / pembiasan).
b.      Fragmentisme adalah cerita yang tidak beraturan alur ceritanya.
c.       Heterogenitas adalah
d.      Interminasi adalah tidak adanya kesinambungan dalam cerita.
e.        Skeptisisme adalah
f.       Dekonstruksi adalah  
g.      Ambiguitas adalah
3.      Di dalam bidang seni, postmodernisme memiliki ciri abstrak
4.      Di dalam seni teater, postmodernisme  menyukai tragedi
5.      Tulisan fiksi posmodernisme menggunakan teknik percampuradukan. Beberapa penulis mengambil elemen-elemen tradisional dan mencampurkannya secara berantakan untuk menyampaikan suatu ironi mengenai topik-topik yang bisa dibahas. Kaum posmodernisme ingin mengetahui bagaimana kenyataan-kenyataan yang amat berbeda, dapat berjalan bersama dan saling bercampur.
6.      Di dalam dunia seni sastra, postmodernisme dapat terlihat dalam bentuk estetika yang keluar dari pola yang biasanya ada

C.     Sastrawan dan Karya Sastra Aliran Postmodernisme
A.    Sastrawan Dunia dan Karya Sastranya
1.      Gabriel Garcia Marques (Novel: Kesepian Seratus Tahun)
2.      Kurt Vonnegut (Novel: Slaughterhouse Five (1969), Cat's Cradle (1963), dan Breakfast of Champions(1973)
3.        Italo Calvino (Novel: Puri Jalan yang Berpotongan)
4.      Thomas Pynchon (Novel: The Crying of Lot 49 (1966), Gravity's Rainbow (1973), Vineland (1990), and Mason & Dixon (1997).
Gunther Grass (Die Blechtrommel)
5.      Penulis wanita dari Ecriture Feminine Perancis yang terkenal adalah Helene Cixous
6.      Fuentes (Novel: Terra Nostra)
7.      Antonin Artaud (Penulis drama teater)
8.      Gerrit Krol ( puisi: Polaroid (1976) )
9.      Willem Brakman (1961 – Een winterreis (novel), 1998 – Ante diluvium (novel)
10.  Jacoba Van Velde
11.  Salman Rushdie ( Novel : The Satanic Verses (1988) )
12.  Tonny Morisson (Novel:Song Solomon)

B.     Sastrawan Indonesia dan Sastranya
1.      Sutardji Calzoum Bachri (Puisi: Tanah Air Mata)
2.      Danarto (Godlob, kumpulan cerpen, 1975 ; Adam Ma'rifat, kumpulan cerpen, 1982 )
3.      Remy Sylado (Puisi Mbeling, 2005)
4.      Ibrahim Sattah
5.      Yudhistira ANM Massardi (Cerpen : Penjarakan Aku dalam Hatimu (1979) ; novel : Arjuna Mencari Cinta (1977)
6.      Iwan Simatupang (Novel: Ziarah)
7.      Ugoran Prasad (di etalase (novel, 2004), waktu batu (naskah drama, ditulis bersama Andri Nur Latif dan Gunawan Maryanto, 2005)









DAFTAR PUSTAKA

1.      Bambang Sugiharto. 1996.  Postmodernisme - Tantangan bagi Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
2.      Suyoto, dkk. 1994. Posmodernisme dan Masa Depan Peradaban. Yogyakarta: Aditya Media.
3.      http://www.google.com/ Penulis; MahasiswaSastra Indonesia USU (2006).
4.      Turner, Bryan. 2000. Teori-teori Sosiologi Modernitas Posmodernitas. Yogyakarta:  Pustaka Pelajar.



3 komentar: