PADA
SUATU HARI NANTI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO
APRESIASI
PUISI
diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Apresiasi Puisi Indonesia
Dosen Pengampu : Drs. H. Ma’mur Saadie,
M. Pd.
.
![](file:///C:%5CUsers%5Ccompaq%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image002.gif)
disusun
Oleh :
Anggita
Dewi Pratiwi
1100921
Dik
B
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
PROFIL
SASTRAWAN
![](file:///C:%5CUsers%5Ccompaq%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image004.jpg)
Sapardi
Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 Sapardi Djoko Damono mendapatkan
anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun
2003. Ia adalah seorang pendiri Yayasan Lontar. Ia menikah dengan Wardiningsih
dan dikarunia seorang putra dan seorang putri.
Beberapa
puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan
ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian
disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda
Gaudiamo dan Tatyana.
APRESIASI
PUISI
PADA
SUATU HARI NANTI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO
Dalam mengapresiasi puisi
menggunakan teori struktural. Struktur adalah keseluruhan yang bulat , yaitu
bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur
itu.
Pada suatu hari nanti
Pada suatu
hari nanti
Jasadku tak
akan ada lagi
Tapi dalam
bait-bait sajak ini
Kau takkan
kurelakan sendiri
Pada suatu
hari nanti
Suaraku tak
terdengar lagi
Tapi di
antara larik-larik sajak ini
Kau akan
tetap kusiasati
Pada suatu
hari nanti
Impianku pun
tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan
letih-letihnya kucari
Karya
Sapardi Djoko Damono
Sumber: Kumpulan puisi Hujan Bulan
Juni, 1994
v STRUKTUR
BATHIN
1. Tema
Tema
adalah ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam cerita. Puisi Pada
Suatu Hari Nanti karya Sapardi Djoko Damono mempunyai tema kesetiaan. Kesetian
terhadap Kau yang bisa berarti pembaca, walaupun Aku dalam puisi ini tidak ada,
tetapi dia akan tetap setia ada bagi pembaca.
2. Perasaan
Perasaan
adalah suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan harus dihayati oleh
pembaca. Pada puisi ini, penyair merasa sedih karena pada suatu hari nanti ia
akan meninggalkan sosok Kau pada puisi ini yang bisa berarti pembaca, tetapi ia
pun senang karena walaupun suatu hari nanti ia tiada, tapi ia tetap menemani
dan keberadaannya itu digantikan oleh larik-larik sajak dan kenangan indah
semasa hidup.
3. Nada
dan Suasana
a. Nada
adalah sikap penyair terhadap pembaca. Sikap penyair pada puisi ini adalah lembut
dan halus karena ia menjelaskan bahwa walau suatu hari nanti ia tidak ada, tapi
karya-karyanya akan selalu ada menemani para pembaca.
b. Suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Setelah membaca puisi ini,
pembaca akan merasakan sedih dan terharu karena kebaikan sang penyair yang jika
nanti sudah tiada tapi tetap akan menemani. Dan juga senang karena walau ia
tidak ada, pembaca ridak akan kesepian.
4. Amanat
Amanat
adalah pesan yang akan disampaikan oleh pengarang. Amanat dari puisi ini adalah
bahwa penyair ingin menyampaikan kesetiaannya kepada pembaca walaupun ia sudah
tidak adi, pembaca tak usah sedih. Karena dia tetap setia dan tetap bisa
menemani pembaca dengan karya-karya nya.
v STRUKTUR
LAHIR
1. Diksi
(Pemilihan Kata)
Diksi
adalah pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana
sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca (Fajahono.
1990 :59).
Kata-kata
yang digunakan pada puisi ini mudah untuk dipahami, contoh pada kata “Pada suatu hari nanti” pembaca bisa
mengerti maksud dari puisi ini bahwa menceritakan sesuatu yang akan datang.
Lalu pada kata “Jasadku tak akan ada
lagi”sudah jelas bahwa suatu saat nanti tokoh ku tidak akan ada lagi di
dunia ini. dan kata-kata pada bait selanjutnya mudah dipahami karena lebih ke
makna yang sebenarnya.
2. Pengimajian
Pengimajian
atau pencitraan adalah suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk
mennggunakan kembali kesan-kesan panca indera dalam jiwa pembaca.
a. Imajeri
Pandang : Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya ku cari
b. Imajeri
Dengar : Suaraku tak terdengar lagi
c. Imajeri
Rasa : Kau takkan kurelakan sendiri
Kau akan tetap kusisati
3. Kata
Kongkret
Kata
kongkret adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama, tetapi
secara konotatif tidak sama, bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya.
Atau dengan kata lain, kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti pengimajian, kata yang dikongkretkan juga erat hubungannya
dengan penggunaan kiasan dan lambang.
Pada
puisi ini kata kongkret terdapat pada kata
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Penyair mengiaskan
bahwa kehidupan itu disamakan dengan sela-sela huruf pada kata-kata dalam
sajak, yang penyair tak lelah atau letih mencari tujuannya.
4. Bahasa
Figuratif (Majas)
Bahasa
figuratif atau majas adalah bahasa kiasan yang mengiaskan atau mempersamakan
sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan
hidup. Bahasa figuratif atau majas terdiri dari perbandingan, metafora,
perumpamaan epos, dan personifikasi.
Pada puisi
ini hanya terdapat majas metafora. Metafora adalah bahasa kiasan seperti
perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata perbandingan. Metafora itu
melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker, 1978:317).
Yaitu pada
bait I, II, dan III :
I Tapi dalam
bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
II Tapi di
antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
III Namun di
sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
Pada
kata-kata tersebut menggunakan majas metafora karena mengumpamakan sesuatu
dengan larik, bait dalam sajak.
5.
Rima dan Ritme
a.
Rima
Rima adalah
unsur bunyi untuk menimbulkan kemerduan puisi, unsur yang dapat memberikan efek
terhadap makna nada dan suasana puisi, dan juga rima adalah pengulangan bunyi
dalam puisi. Pada puisi ini semua baitnya mempunyai akhiran i yang memberikan
kesan kesetiaan, pengandaian dan rayuan terhadap sesuatu yang akan dihadapi.
b.
Ritme
Ritme adalah pengulangan bunyi,
kata, frase dan kalimat pada puisi. Pada puisi ini ritma terdapat pada bait I,
II, dan III yaitu pengulangan klausa “Pada
suatu hari nanti”
.
Kalau maksud yang terkandung dalam puisi tersebut adalah suatu saat nanti, kita sebagai manusia pasti akan mati sehingga kita diharuskan untuk selalu membuat orang lain peduli kepada kita. apakah itu benar?
BalasHapusAtau apakah maksudnya itu adalah tidak ada yang abadi di dunia ini karena kematian akan selalu datang dalam hidup seseorang.
Hapus