i'm in process to be success

i'm in process to be success

Jumat, 07 September 2012

Tugas Apresiasi Puisi


PADA SUATU HARI NANTI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO
APRESIASI PUISI
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Apresiasi Puisi Indonesia
Dosen Pengampu : Drs. H. Ma’mur Saadie, M. Pd.
.




disusun Oleh :
Anggita Dewi Pratiwi
1100921
Dik B


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
PROFIL SASTRAWAN

            Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 Maret 1940 adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa diantaranya sangat populer. Masa mudanya dihabiskan di Surakarta, lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan Sma Negeri 2 Surakarta tahun 1958. Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gajah Mada. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ia pernah menjadi dekan dan menjadi guru besar di UI.
            Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 Sapardi Djoko Damono mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah seorang pendiri Yayasan Lontar. Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikarunia seorang putra dan seorang putri.
            Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana.





APRESIASI PUISI
PADA SUATU HARI NANTI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO

            Dalam mengapresiasi puisi menggunakan teori struktural. Struktur adalah keseluruhan yang bulat , yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu.
Pada suatu hari nanti

Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari

Karya Sapardi Djoko Damono
Sumber: Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni, 1994
v    STRUKTUR BATHIN
1.      Tema
Tema adalah ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam cerita. Puisi Pada Suatu Hari Nanti karya Sapardi Djoko Damono mempunyai tema kesetiaan. Kesetian terhadap Kau yang bisa berarti pembaca, walaupun Aku dalam puisi ini tidak ada, tetapi dia akan tetap setia ada bagi pembaca.



2.      Perasaan
Perasaan adalah suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan harus dihayati oleh pembaca. Pada puisi ini, penyair merasa sedih karena pada suatu hari nanti ia akan meninggalkan sosok Kau pada puisi ini yang bisa berarti pembaca, tetapi ia pun senang karena walaupun suatu hari nanti ia tiada, tapi ia tetap menemani dan keberadaannya itu digantikan oleh larik-larik sajak dan kenangan indah semasa hidup.
3.      Nada dan Suasana
a.       Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Sikap penyair pada puisi ini adalah lembut dan halus karena ia menjelaskan bahwa walau suatu hari nanti ia tidak ada, tapi karya-karyanya akan selalu ada menemani para pembaca.
b.      Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Setelah membaca puisi ini, pembaca akan merasakan sedih dan terharu karena kebaikan sang penyair yang jika nanti sudah tiada tapi tetap akan menemani. Dan juga senang karena walau ia tidak ada, pembaca ridak akan kesepian.
4.      Amanat
Amanat adalah pesan yang akan disampaikan oleh pengarang. Amanat dari puisi ini adalah bahwa penyair ingin menyampaikan kesetiaannya kepada pembaca walaupun ia sudah tidak adi, pembaca tak usah sedih. Karena dia tetap setia dan tetap bisa menemani pembaca dengan karya-karya nya.

v    STRUKTUR LAHIR
1.      Diksi (Pemilihan Kata)
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca (Fajahono. 1990 :59).
Kata-kata yang digunakan pada puisi ini mudah untuk dipahami, contoh pada kata “Pada suatu hari nanti” pembaca bisa mengerti maksud dari puisi ini bahwa menceritakan sesuatu yang akan datang. Lalu pada kata “Jasadku tak akan ada lagi”sudah jelas bahwa suatu saat nanti tokoh ku tidak akan ada lagi di dunia ini. dan kata-kata pada bait selanjutnya mudah dipahami karena lebih ke makna yang sebenarnya.


2.      Pengimajian
Pengimajian atau pencitraan adalah suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk mennggunakan kembali kesan-kesan panca indera dalam jiwa pembaca.
a.     Imajeri Pandang : Jasadku tak akan ada lagi
     Tapi dalam bait-bait sajak ini
     Tapi di antara larik-larik sajak ini
     Impianku pun tak dikenal lagi
     Namun di sela-sela huruf sajak ini
    Kau takkan letih-letihnya ku cari
b.    Imajeri Dengar : Suaraku tak terdengar lagi
c.    Imajeri Rasa : Kau takkan kurelakan sendiri
          Kau akan tetap kusisati
3.      Kata Kongkret
Kata kongkret adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama, tetapi secara konotatif tidak sama, bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya. Atau dengan kata lain, kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti pengimajian, kata yang dikongkretkan juga erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang.
Pada puisi ini kata kongkret terdapat pada kata
            Namun di sela-sela huruf sajak ini
            Kau takkan letih-letihnya kucari
Penyair mengiaskan bahwa kehidupan itu disamakan dengan sela-sela huruf pada kata-kata dalam sajak, yang penyair tak lelah atau letih mencari tujuannya.
4.      Bahasa Figuratif (Majas)
Bahasa figuratif atau majas adalah bahasa kiasan yang mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup. Bahasa figuratif atau majas terdiri dari perbandingan, metafora, perumpamaan epos, dan personifikasi.
Pada puisi ini hanya terdapat majas metafora. Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata perbandingan. Metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker, 1978:317).
Yaitu pada bait I, II, dan III :
I Tapi dalam bait-bait sajak ini
   Kau takkan kurelakan sendiri
II Tapi di antara larik-larik sajak ini
    Kau akan tetap kusiasati
III Namun di sela-sela huruf sajak ini
      Kau takkan letih-letihnya kucari
Pada kata-kata tersebut menggunakan majas metafora karena mengumpamakan sesuatu dengan larik, bait dalam sajak.
5.      Rima dan Ritme
a.       Rima
Rima adalah unsur bunyi untuk menimbulkan kemerduan puisi, unsur yang dapat memberikan efek terhadap makna nada dan suasana puisi, dan juga rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Pada puisi ini semua baitnya mempunyai akhiran i yang memberikan kesan kesetiaan, pengandaian dan rayuan terhadap sesuatu yang akan dihadapi.
b.      Ritme
Ritme adalah pengulangan bunyi, kata, frase dan kalimat pada puisi. Pada puisi ini ritma terdapat pada bait I, II, dan III yaitu pengulangan klausa “Pada suatu hari nanti”
.



         



2 komentar:

  1. Kalau maksud yang terkandung dalam puisi tersebut adalah suatu saat nanti, kita sebagai manusia pasti akan mati sehingga kita diharuskan untuk selalu membuat orang lain peduli kepada kita. apakah itu benar?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Atau apakah maksudnya itu adalah tidak ada yang abadi di dunia ini karena kematian akan selalu datang dalam hidup seseorang.

      Hapus